-->

Tantangan-Tantangan Bagi Pustakawan di Era Digital Saat Ini (3)

Tantangan-Tantangan Bagi Pustakawan di Era Digital Saat Ini (3)

Ini adalah bagian ketiga dari artikel yang masih berkaitan dengan Seminar dan Bedah Buku di Magelang. Ada ucapan yang cukup menarik bagi saya dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Magelang, bapak Taufik Nurbakin, S.Pd. M.Pd. Beliau “menantang” tenaga perpustakaan yang ada di Kota Magelang untuk berpartisipasi lebih dalam dunia pendidikan.

Beliau menyampaikan “Piye carane (bagaimana caranya) agar pustakawan dan perpustakaan di Kota Magelang menggeliat dan berperan memajukan dunia pendidikan, dan piye carane agar akses perpustakaan bisa dilakukan di smartphone Android”. Beliau juga mempersilakan ketua Atpusi Magelang (Joko Adi Y) agar organisasi tersebut mampu merumuskan kegiatan dan mengkomunikasikan kepada pengambil keputusan (Kepala Sekolah, Kepala Dinas, dll) agar kegiatan-kegiatan seperti workshop, diklat, bimtek, seminar, maupun bedah buku bisa masuk rencana anggaran dan menjadi agenda tahunan.

Pak Taufik Nurbakin menyampaikan bahwa di Magelang tidak ada sekolah yang tidak memiliki server, tidak ada sekolah yang tidak memiliki komputer, tidak ada sekolah yang tidak memiliki operator. Pak Taufik berharap kerja sama antar pustakawan agar bisa tercipta perpustakaan yang bisa diakses melalui smartphone Android (perpustakaan digital maupun perpustakaan online).

Dari ucapan yang disampaikan beliau saat seminar, bisa diartikan bahwa Dinas Pendidikan Kota Magelang memberikan kesempatan dan mendukung kepada para pustakawan di Kota Magelang untuk terus unjuk gigi, memposisikan diri, dan berperan strategis dalam memajukan pendidikan. Tentunya ini sangat memotivasi para pustakawan yang tergabung di Atpusi Magelang, dan sebagai peserta yang berasal dari Kebumen, saya cukup kagum dengan dukungan yang disampaikan oleh beliau terhadap puluhan peserta seminar saat itu.

Bagaimana dengan Kabupaten Kebumen? Atpusi Kebumen baru berdiri satu tahun, dan masih akan terus belajar dalam mengelola dan mengembangkan para pustakawan.  Dalam kesempatan inilah para pengurus dan anggota Atpusi Kebumen belajar kepada Atpusi daerah lain agar semakin berkembang. Saat ini kerja sama memang masih sebatas antara Atpusi Kebumen dengan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Kebumen.

Namun, pada bulan Maret 2018, Dinas Pendidikan Kabupaten Kebumen untuk pertama kalinya mengadakan lomba Tenaga Perpustakaan SD maupun Tenaga Perpustakan SMP Berprestasi. Sesuatu yang baru yang pertama kalinya diadakan di Kebumen sebagai bentuk penghargaan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kebumen terhadap para pustakawan di Kota Beriman ini. Saya pikir inilah gerbang yang nantinya akan menjadi pembuka jalan bagi Atpusi Kebumen untuk melakukan kerja sama dengan Dinas Pendidikan dalam berbagai kegiatan guna memajukan teman-teman tenaga perpustakaan.

Atpusi Kebumen setidaknya terus berusaha merencanaan kegiatan dan mengadakan kegiatan bagi pustakawan yang ada di Kebumen. Beberapa kali workshop, diklat, seminar yang diadakan di luar Kabupaten Kebumen diikuti oleh pengurus dan anggota Atpusi Kebumen bukan hanya sekedar untuk mendapatkan ilmu untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk perpustakaan yang dikelola, anggota perpustakaan, maupun untuk keberlangsungan organisasi Atpusi di Kota Lawet ini. Ilmu yang didapat oleh anggota Atpusi Kebumen saat diklat di luar kota disampaikan seluruh materinya di blog ini, agar bisa diserap ilmunya oleh anggota Atpusi Kebumen yang lain.

Perkembangan Zaman Mengharuskan Pustakawan Melek IT

Sebagai pustakawan yang merupakan sumber informasi bagi pemustaka, memang mau tidak mau harus mengikuti perkembangan dunia teknologi informasi. Saat ini informasi begitu mudahnya didapat dan diakses oleh pemustaka di perpustakaan. Bisa melalui buku maupun melalui internet. Apakah menguasai Teknologi Informasi suatu keharusan? Bisa dikatakan ya, itu adalah tantangan bagi para pustakawan di era digital saat ini.  Hal yang paling sederhana saja yang bisa dikatakan wajib adalah, kita harus bisa mengoperasikan Microsoft Word, Microsoft Excel, mencari informasi di internet, dan aplikasi otomasi perpustakaan. Perlu diketahui bahwa dalam akreditasi perpustakaan, akan ada instrumen yang menanyakan berapa jumlah komputer baik untuk petugas maupun pemustaka. Komputer pemustaka dan komputer petugas hanya dibedakan fungsinya saja. Kita bahas dulu tentang komputer pemustaka, kita sebagai pustakawan tentunya harus bisa memberikan pendidikan pemakai kepada pemustaka, paling tidak untuk hal-hal yang sederhana, bagaimana menghidupkan dan mematikan komputer, menulis artikel atau tugas siswa di MS Word, mencari informasi yang dibutuhkan menggunakan internet via browser, membimbing agar komputer tidak digunakan untuk hal-hal negatif. Pustakawan merupakan “pelayan” bagi pemustaka untuk mencari informasi yang mereka butuhkan. Sedangkan komputer bagi petugas, sudah tidak asing lagi istilah otomasi perpustakaan, dan sebenarnya sudah banyak sekali komputer perpustakaan sekolah yang sudah terinstal aplikasi otomasi perpustakaan, dan sudah sering sekali dilaksanakan diklat tentang otomasi perpustakaan yang dilakukan oleh Disarpus Kebumen, saya pernah mengikutinya kurang lebih 5 kali antara tahun 2012 sampai 2015. Namun, untuk menjalankan sistem ini dalam kegiatan sehari-hari (peminjaman dan pengembalian buku) masih banyak yang belum melaksanakan. Banyak komputer yang sudah terpasang otomasi perpustakaan, namun pelayanan tetap manual.

Atpusi Kebumen memang sudah merencanakan untuk pelatihan otomasi perpustakaan, untuk waktu pelaksanaannya akan diumumkan di blog ini. Tujuannya agar pustakawan yang masih menggunakan sistem manual bisa segera beralih ke otomasi agar lebih efisien dalam bekerja dan memiliki data buku yang valid. Atpusi Kebumen juga pernah melakukan pelatihan menulis blog, pelatihan ini mewajibkan peserta untuk membuat blog perpustakaan sekolah yang mereka kelola dan mengisi tulisan berbagai kegiatan yang dilaksanakan di perpustakaan masing-masing. Menulis di blog perpustakaan sekolah merupakan suatu bentuk promosi terhadap dunia luar, perpustakaan akan dikenal lebih luas oleh masyarakat umum, lebih mengenal berbagai jenis layanan dan fasilitas yang ada di perpustakaan. Saya yakin dengan diawali menulis kegiatan sehari-hari di perpustakaan dan memberikan informasi ke masyarakat melalui blognya, pustakawan akan lebih bisa mengenal dunia teknologi informasi, karena dengan menulis seseorang juga akan membaca, belajar, dan berlatih menggunakan komputer. Dengan cara seperti itu, pustakawan akan memiliki kemampuan menggunakan teknologi informasi, kemampuan literasi digital baik, yang akan bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi pemustaka.
 
Kemudian setelah kita bisa menguasai teknologi informasi yang ada saat ini, apa yang harus dilakukan oleh pustakawan? Menerima tantangan dari Pak Taufik Nurbakin, S.Pd. M.Pd untuk membuat perpustakaan online atau perpustakaan digital bukanlah suatu hal yang mustahil meskipun tidak terjadi dalam waktu dekat. Pustakawan bisa bekerja sama dengan teknisi di sekolah atau pengembang untuk mewujudkan perpustakaan yang bisa diakses melalui smartphone Android yang akan diminati oleh pemustaka sebagai suatu produk dari kemajuan era digital saat ini. Apakah sudah siap? Mudah-mudahan segera terwujud.

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkaninformasi seputar perpustakaan disetiap postingan kami
  • Jadilah pembaca pertama yang mengetahui informasi tersebut

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel