![]() |
| Ilustrasi Otomasi Perpustakaan / Perpustakaan Online |
Perkembangan Information Technology / Teknologi Informasi membawa dampak yang sangat signifikan dalam kehidupan bermasyarakat. Surat menyurat, telepon konvensional, televisi manual, budaya antri, dan lain-lain merupakan cara-cara tradisional yang selama ini masih berlangsung di masyarakat. Perkembangan teknologi informasi yang meliputi handphone, internet, dan ledakan informasi mempengaruhi gaya hidup masa kini. Keberadaan teknologi informasi menyebabkan gaya hidup yang mulai bergeser dari cara-cara tradisional menuju era digital. “Mendekatkan yang jauh dan sekaligus menjauhkan yang dekat”. Paradigma ini berlaku semenjak adanya handphone, ledakan informasi, dan komputer/laptop. Tak terkecuali dalam dunia perpustakaan, memasuki era digital saat ini pemanfaatan teknologi informasi di perpustakaan memberikan kemudahan dan peningkatan dalam berbagai layanan yang ada di perpustakaan. Teknologi informasi dalam perpustakaan saat ini bisa dikatakan berhasil merubah paradigma masyarakat yang dulu menganggap perpustakaan sebagai hal yang sunyi, sepi, penuh dengan aturan, penuh dengan buku-buku, serta membosankan. Dalam perkembangannya, perpustakaan sekarang bukan hanya sebagai tempat untuk mencari informasi melalui buku-buku yang ada di perpustakaan, tetapi juga bisa memberikan informasi melalui produk yang merupakan hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu e-book, VCD/DVD, internet, unduhan musik, MP4, aplikasi dan banyak lagi.
Pemanfaatan IT di Dunia Perpustakaan
Penggunaaan komputer di perpustakaan pertama kali di Amerika Utara dan Inggris pada awal tahun 1960-an. Pada tahun 1961, H.P Luhn dari IBM mengembangkan beberapa program untuk membuat indeks kata kunci pada judul-judul artikel yang terdapat pada Chemical Abstracts, kartu katalog yang dibuat menggunakan komputer juga dibuat pada tahun tersebut oleh Douglas Aircraft Corporation. Memasuki tahun 2000-an, perkembangan penggunaan komputer di perpustakaan berkembang melalui proyek OCLC berkolaborasi dengan VTLS dalam otomasi perpustakaan yang terintegrasi dan jasa image digital. Penggunaan teknologi informasi di perpustakaan dikenal dengan istilah otomasi perpustakaan. Otomasi sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Gramedia Pustaka Utama (2014) yaitu perihal otomatis atau pengotomatisan, penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin yang secara otomatis melakukan dan mengatur pekerjaan sehingga tidak memerlukan lagi pengawasan manusia.
Sementara di Indonesia, komputerisasi perpustakaan sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1970, berupa pembuatan daftar majalah dengan bantuan komputer oleh Pusat Dokumentasi Informasi Nasional yang kini berubah menjadi Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah (LIPI). Tahun 1990-an, penggunaan komputer memang hanya sebagai untuk kegiatan administrasi, penggunaan dalam memanfaatkan katalog cetak masih sedikit, namun bisa dikatakan bahwa pada tahun 1990-an menjadi cikal bakal adanya otomasi perpustakaan karena beberapa perpustakaan umum maupun perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia memiliki antusiasme yang tinggi untuk menerapkan otomasi perpustakaan.
Dalam satu dekade terakhir, perkembangan dan kemajuan teknologi semakin pesat di Indonesia, ditandai dengan munculnya sosial media, Youtube, Aplikasi Chatting, Microblogging dan lain-lain yang begitu marak, tentunya menantang para pustakawan untuk turut berbenah dan berusaha untuk menguasai teknologi informasi karena jika tidak, tentunya akan tergerus dan bisa ditinggal oleh para pemustaka.
Otomasi Perpustakaan dan Perkembangannya
Perpustakaan sebagai jantungnya pendidikan di sekolah khususnya, menjadi sarana yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pendidikan di Indonesia. Berbagai koleksi bahan pustaka (koleksi buku, koleksi alat peraga) dan sarana prasarana (hotspot area, gazebo, peralatan multimedia) yang tersedia di perpustakaan sangat bermanfaat untuk menunjang proses belajar mengajar di dunia pendidikan. Kemajuan teknologi informasi juga menghasilkan ledakan informasi yang luar biasa. Masyarakat harus pandai memilih dan memilah (filter) berbagai informasi yang masuk. Informasi yang baik akan memberikan manfaat bagi kita, dan sebaliknya informasi yang tidak benar (hoak) harus kita tolak karena dikhawatirkan justru akan merusak keharmonisan kehidupan di masyarakat. Oleh karena itu kita memerlukan keberadaan perpustakaan untuk menangkal informasi-informasi tidak benar (hoak) serta budaya-budaya yang bertentangan dengan tatanan hidup kita. Perpustakaan menjadi sumber rujukan informasi yang dibutuhkan pengguna. Rujukan dan informasi tersebut harus tersedia secara cepat, tepat dan akurat untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Oleh karena itu, diperlukan sarana yang tepat untuk mendapatkan informasi di era digitalisasi. Layanan perpustakaan terutama dalam layanan sirkulasi dan layanan rujukan/informasi, dituntut harus cepat, tepat, dan akurat supaya bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhan pengguna.
Otomasi perpustakaan menjadi alternatif terbaik dalam meningkatkan layanan kepada pengguna sekaligus menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi yang terkini dan uptodate.
Saat ini ada dua aplikasi otomasi perpustakaan yang sudah tidak asing lagi digunakan oleh perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia. Yang pertama adalah aplikasi SLiMS (Senayan Library Management System) Senayan yang dikembangkan oleh Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, yang kedua adalah Inlislite (Integrated Library System) yang dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI).
SliMS Senayan pertama kali dikembangkan pada November 2006, di Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional pada saat itu. Nama Senayan sendiri merupakan tempat lahirnya aplikasi ini yaitu di Senayan Jakarta. Aplikasi ini dikembangkan oleh pustakawan Hendro Wicaksono dan Arie Nugraha. Hendro pada saat itu menjamin bahwa aplikasi ini sesuai standar yang dibutuhkan pustakawan di dalam dunia kerjanya, karena aplikasi ini dikembangkan oleh para pustakawan. Akhirnya setelah dirasa cukup stabil, aplikasi ini rilis ke publik pada November 2007 tepat di hari ulang tahun Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional yang sekarang disebut Perputakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
SliMS Senayan dikembangkan oleh tim Senayan Developer melalui Komunitas SliMS melakukan berbagai inovasi dan modifikasi menyesuaikan dengan kaidah dan aturan-aturan perpustakaan yang berlaku saat ini. Dimulai dari versi Seulanga, Meranti, Cendana hingga versi terbaru yaitu SliMS versi Akasia.
1. Pengolahan Bahan Pustaka : Label Barcode warna, Kartu Buku + Slip Tanggal Kembali + Book Pocket (Kantong Buku), Kartu Katalog serta Kartu Bebas Pustaka;
2. Layanan Sirkulasi : Pengunjung dan Peminjaman, Kartu Anggota;
3. Pelaporan : Buku Induk, Laporan Rekapitulasi dan Grafik untuk Bahan Koleksi, Pengunjung, Peminjaman;
4. Akses Online : OPAC (Online Public Access Catalogue), e-book, e-learning, e-information.
Sedangkan INLIS Lite meruapakan aplikasi otomasi perpustakaan yang dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang dikembangkan sejak tahun 2011. INLIS Lite sendiri diambil dari Integrated Library System yang dibangun sejak 2003. Perpusnas kemudian berinisiatif untuk mendistribusikan software ini ke dalam versi yang lebih ringan yang disebut dengan INLIS Lite dan dapat digunakan oleh publik guna terjuwudnya perpustakaan digital.
Saat ini kedua aplikasi tersebut merupakan aplikasi yang paling banyak digunakan di Indonesia. Mulai dari Perpustakaan Umum, Perpustakaan Perguruan Tinggi, Perpustakaan Sekolah, maupun Perpustakaan Khusus sudah menggunakan aplikasi otomasi perpustakaan demi kemudahan dalam mengolah bahan pustaka maupun pelayanan yang lebih efisien kepada pemustaka (pengguna perpustakaan). Terdapat beberapa komponen yang harus ada dan menjadi syarat agar otomasi perpustakaan dapat berjalan, yaitu pengguna (user), perangkat otomasi (hardware maupun software) dan data. Pengguna merupakan unsur yang paling penting dalam otomasi perpustakaan. Adanya otomasi perpustakaan bisa dikatakan merupakan desakkan dari pengguna yang membutuhkan berbagai informasi dan juga keinginan agar perpustakaan memiliki kecepatan layanan terhadap pengguna. Hardware dan software merupakan perangkat yang digunakan untuk mengolah data menjadi informasi yang akan digunakan oleh pengguna perpustakaan. Selain menyediakan komputer sebagai server dan pengolah data, sebaiknya perpustakaan juga menyediakan perangkat lain seperti printer dan juga barcode scanner untuk memudahkan pelayanan sirkulasi (pengunjung dan peminjaman) yang ada di perpustakaan. Proses yang ada di perpustakaan yang sudah terotomasi akan lebih cepat jika menggunakan barcode scanner, dimana anggota perpustakaan memindai nomer barcode yang ada di Kartu Anggota Perpustakaan untuk absensi pengunjung dan peminjaman atau pengembalian buku. Sedangkan data merupakan bibliografi yang meliputi judul buku, pengarang, penerbit, ISBN, tajuk subyek, cover, dan lain-lain.
Kemudahan Layanan Perpustakaan di Era Digital
Pergeseran pengelolaan perpustakaan secara konvensional (manual) menuju ke arah otomasi perpustakaan memberikan pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga baik untuk pengelola perpustakaan (pustakawan) maupun pengguna (pemustaka).
Manfaat otomasi perpustakaan antara lain:
1. Efektifitas dan efisiensi waktu dan tenaga dalam melakukan pekerjaan yang berulang-ulang yang terjadi di perpustakaan dapat diselesaikan melalui implementasi otomasi perpustakaan, yaitu:
a. Pengolahan Bahan Pustaka : inventarisasi, stempelisasi, klasifikasi, katalogisasi dan selving;
b. Layanan Sirkulasi : administrasi dan pelaporan pengunjung dan peminjaman (Rekapitulasi dan Grafik).
2. Pengembangan jaringan dan layanan secara digitalisasi, antara lain akses secara online, OPAC (Online Public Access Catalogue), e-book, e-learning, e-information
3. Pustakawan lebih mandiri dalam mengelola perpustakaan karena memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dan Information Technology (Teknologi Informasi) sehingga selalu update mengikuti perkembangan teknologi terkini
4. Referensi yang tersedia untuk kebutuhan pengguna melalui internet menjadi lebih cepat, tepat, dan akurat.
Penggunaan otomasi perpustakaan banyak sekali manfaat-manfaatnya baik oleh pemustaka atau pengguna perpustakaan maupun oleh pustakawan dengan penjelasan sebagai berikut. Dari pemustaka, kemudahan dalam pencarian bahan pustaka menjadi lebih cepat, dengan bantuan komputer yang menampilkan katalog online atau OPAC (Online Public Access Catalogue) sehingga lebih efisien waktu daripada harus mencari menggunakan katalog manual, pemustaka tinggal mengetik kata kunci yang dibutuhkan di OPAC untuk menemukan buku yang ada di perpustakaan beserta lokasi raknya. Dalam pengisian absensi pengunjung, pemustaka tidak lagi menulis dalam buku pengunjung, namun hanya membawa Kartu Anggota Perpustakaan dan memindai/scan barcode pada barcode scanner yang terhubung dengan aplikasi otomasi perpustakaan.
Dari segi pencatatan administrasi, pustakawan sangat terbantu karena dengan otomasi data lebih rinci, proses temu kembali informasi juga sangat cepat, pustakawan memiliki kemudahan dalam menghitung jumlah judul dan jumlah eksemplar secara valid. Pustakawan dapat mencari jumlah keseluruhan buku yang ada di perpustakaan maupun jumlah per klasifikasinya (agama, novel, Bahasa, dll). Otomasi perpustakaan menyimpan data pengunjung dan peminjam buku perpustakaan, sehingga memudahkan pustakawan untuk mengetahui berapa jumlah pengunjung per hari dan buku apa saja yang sedang dipinjam oleh anggota perpustakaan. Dalam proses sirkulasi (peminjaman dan pengembalian buku), pustakawan dan pemustaka lebih efisien waktu karena tidak harus mencatat / manual di buku peminjaman. Pelayanan hampir mirip dengan swalayan yaitu hanya menggunakan barcode yang ada di Kartu Anggota maupun barcode yang ada di buku yang akan dipinjam.
Perpustakaan Online Mengggunakan DomaiNesia
Perpustakaan saat ini selain dapat diakses saat berkunjung, juga bisa diakses melalui website apabila otomasi perpustakaan sudah menyewa domain dan hosting. Pengguna bisa mengakses melalui smartphone maupun komputer di rumah masing-masing tanpa perlu berkunjung ke perpustakaan. Saat ini juga sudah mulai marak aplikasi perpustakaan digital yang meminjamkan buku digital (ebook) yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat pengguna internet. Buku yang dipinjam bukan berupa buku fisik yang tercetak, tetapi buku dalam bentuk file PDF yang sangat mudah diakses dan dibuka kapan saja menggunakan smartphone atau pun komputer oleh pemustaka. Otomasi perpustakaan dapat di-online-kan menggunakan jasa penyedia hosting murah DomaiNesia yang sudah tidak asing lagi. Khusus bagi hosting untuk pemula, kita juga akan dibimbing melalui penyedia domain tersebut tentang cara membuat blog atau pun website. Bagaimana caranya meng-online-kan otomasi perpustakaan agar bisa diakses oleh masyarkat umum?
Berikut ini adalah tata caranya.
1. Pastikan Anda sudah mendaftar di DomaiNesia dan membeli hosting murah yang ada di DomaiNesia, ada berbagai macam hosting yang sudah disediakan di DomaiNesia.2. Jika sudah memiliki hosting maka akan mendapatkan akun cPanel, kemudian tulis “softaculous” di kolom pencarian dan akan diarahkan ke Softaculous Apps Installer.
3. Cari aplikasi SLiMS pada kolom pencarian, setelah aplikasi muncul, kemudian klik Install Now untuk proses instalasi aplikasi.
Softaculous merupakan auto installer yang ada di Hosting yang berguna untuk mempermudah instalasi berbagai content management system dan aplikasi website yang bersifat open source. SLiMS merupakan aplikasi otomasi perpustakaan yang bersifat open source yang tersedia di Softaculous. Jika perpustakaan akan di-online-kan menggunakan Softaculous yang ada di DomaiNesia, aplikasi akan terinstall secara otomatis dan user tidak perlu melakukan instalasi secara manual via konsol. Softaculous memiliki sifat untuk mempermudah user karena dapat melakukan instalasi aplikasi hanya dengan satu langkah saja.
Beberapa keunggulan Softaculous antara lain adalah:
1. Integrasi Kontrol Panel Hosting;
2. Banyak Pilihan Bahasa, bagi yang kurang bisa berbahasa Inggris, Softaculous menyediakan beberapa pilihan bahasa;
3. Backup dan Auto Upgrade, Softaculous cukup mudah melakukan backup website dan Auto Upgrade dengan sekali klik;
4. Membangun Website dengan Mudah dan Cepat, dengan Softaculous, kita bisa membuat website dengan cepat tanpa harus mengerti bahasa pemrograman;
5. Fitur Search, memiliki fitur search atau kolom pencarian yang akan mempermudah user dalam mencari aplikasi/ CMS yang ingin digunakan;
6. Selalu Update, kamu akan diberikan versi terbaru dari aplikasi, patch, serta update security. Kamu bisa melakukan update via cron atau admin softaculous.
7. Sudah Banyak Digunakan oleh Web Hosting.
Dapat disimpulkan bahwa kemajuan teknologi dan era digital memberikan pengaruh yang sangat baik bagi kegiatan yang ada di perpustakaan. Berbagai layanan yang ada di perpustakaan dengan adanya otomasi perpustakaan menjadi daya tarik bagi pengguna perpustakaan. Kemudahan mengakses informasi pengguna yang haus akan informasi terkini agar tidak ketinggalan zaman menjadikan perpustakaan semakin digemari oleh pengguna untuk berlama-lama di perpustakaan. Kaum milenial atau zaman now sudah tidak menganggap perpustakaan sebagai gudang buku yang sumpek, sepi, dan membosankan, tetapi menjadikan perpustakaan sebagai tempat yang nyaman untuk mencari informasi yang dibutuhkan.
Sumber:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Senayan_(perangkat_lunak) diakses pada Rabu 21-11-2018
https://www.academia.edu/11390474/Sejarah_Perkembangan_Automasi_Perpustakaan_di_Indonesia diakses pada Rabu 21-11-2018
https://www.domainesia.com/berita/apa-itu-softaculous/ diakses pada Jumat 23-11-2018
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkaninformasi seputar perpustakaan disetiap postingan kami
- Jadilah pembaca pertama yang mengetahui informasi tersebut

