Bulan Mei-Juni merupakan bulan sibuk para pustakawan sekolah, dimana bulan tersebut siswa tingkat akhir telah selesai mengikuti kegiatan Ujian Nasional (UN). Namun berbeda untuk tahun 2020 kali ini, dimana Pandemi Covid_19 telah merubah semua agenda yang sudah jauh-jauh hari dipersiapkan. Biasanya, dibulan ini pustakawan disibukan dengan pengembalian buku pinjaman kelas tingkat akhir dengan meriah, namun, semua harus berubah pola pengembalian tersebut karena adanya aturan Social Distancing.
Hingga saat ini, hampir seluruh lembaga, instansi, organisasi, bahkan komunitas seperti Atpusi Raya mencoba membuat rapat/seminar mode daring sebagai upaya untuk menjalin komunikasi yang selama ini hampir terputus. Kegiatan semacam ini sangat perlu sekali, paling tidak agar pustakawan tidak lupa dengan keilmuan yang menjadi tanggungjawabnya diperpustakan sekolah. Kegiatan semacam ini bermula karena banyaknya keluhan teman-teman pustakawan sekolah yang hampir menyeluruh tidak bisa memahami WFH, bagaimana tidak, ketika ditanya apa kegiatan WFH?, hampir sebagian besar pustakawan tidak bisa menjawab nama kegiatan sebagai output WHF tersebut, olehkarenanya tidak sedikit menganggap selama pandemi Covid_19 ini dengan libur panjang, dan ini tidak bisa disalahkan.
Social Distancing Vs Buku Hilang
Seperti dikemukakan diatas, bahwa bulan Mei-Juni biasanya perpustakaan disibukan dengan layanan pengembalian buku pinjaman, khususnya siswa kelas akhir yang telah mengikuti UN guna mendapatkan surat bebas pustaka dari perpustakaan. Banyak yang menanyakan bagaimana cara pengembalian peminjaman tersebut tanpa melanggar aturan Social Distancing?. dalam hal ini, tidak sedikit perpustakaan kemudian mengambil langkah pengembalian dengan model penjadwalan, ada juga yang membebaskan tanpa penjadwalan meski hal ini dianggap membahayakan adanya Covid_19.
Nah, melihat permasalahan pengembalian tersebut, setelah penulis coba berdiskusi dengan beberapa pustakawan, ahirnya bisa menarik kesimpulan bahwa model pengembalian yang efektif adalah dengan mengikutkan kegiatan tersebut dengan kegiatan sekolah yang memfokuskan kegiatan kelas akhir. Pada kasus pandemi seperti saati ini, perpustakaan tidak boleh semena-mena menjadwal pengembalian, meskipun akhirnya disetujui oleh pimpinan, kalau bisa digabungkan dengan kegiatan lain, kenapa tidak? misalnya, pada saat sekolah membagikan SHUN, jika sekolah mengundang siswa untuk datang kesekolah, hal ini menjadi kesempatan perpustakaan untuk mendompleng pengembalian pinjaman buku perpustakaan. Namun, ternyata ada sekolah yang model pendistribusian SHUN dengan model pengiriman via pos, maka terkait peminjaman perpustakaan bisa menunggu kegiatan kelas akhir yang lain seperti pada saat pembagian buku album kenangan, cap tiga jari, pengambilan ijazah, dan lain sebagianya yang intinya pada saat siswa harus kesekolah. Model pengembalian dengan model ndompleng kegiatan lain seperti ini dianggap paling tepat karena bisa mengurangi kerumunan yang terlalu sering disekolah.
Nah, bagaimana dengan model pengembalian di perpustakaan anda saat pandemi seperti saat ini? Yuk diskusikan disini, siapa tau model pengembalian anda lebih tepat lagi sehingga bisa ditirupustakawan lain.
#pandemi
#covid_19
#pengembalian
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkaninformasi seputar perpustakaan disetiap postingan kami
- Jadilah pembaca pertama yang mengetahui informasi tersebut