Jumat, Desember 20, 2019
Di penghujung tahun 2019 tepatnya Desember 2019 penulis berkesempatan menghadiri Acara Sarasehan "Peningkatan Literasi di Era Digital", sebuah agenda dalam rangka Pameran Literasi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta hasil kerja sama ATPUSI Kota Yogya (Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia) dengan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Acara digelar di Ruang Truntum Lantai 4 Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dengan menghadirkan narasumber:
- Arsidi, SIP.,MIP. (Pustakawan di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta) dengan materi "Pemanfaatan Perpustakaan Digital Berbasis Android";
- Moh. Mursyid, SIP., MA. (Penulis, Pegiat Literasi dan Direktur Penerbit Azyan Mitra Media) dengan materi "Menulis di Era Digital".
Acara sarasehan tersebut diikuti para pustakawan dari daerah Yogyakarta dan sekitarnya, dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Bp. Budi Santosa Asrori, SE.,M.Si., serta sambutan dari Ketua ATPUSI DIY Bp. Abdul Wahid Aziz, A.Md.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta (Budi Santosa Asrori, SE.,M.Si.
A. Pemanfaatan Perpustakaan Digital Berbasis Android oleh Arsidi, SIP, MIP.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Berkat perkembangan Teknologi Informasi, maka sekarang bisa menerima informasi dari belahan lain dunia hanya dalam hitungan detik saja. Transfer ilmu pengetahuan pun semakin cepat, namun berunag bentuk. Kondisi perpustakaan saat ini menunjukan bahwa inovasi layanan perpustakaan mulai tumbuh dan berkembang secara refleksif terhadap lahirnya Generasi Millenial.
Generasi Milenial sering disebut juga dengan Generasi Gadget dengan ciri khas sebagai berikut:
- User Generated Conten (UGC);
- Milenial wajib memiliki akun sosial media sebagai alat komunikasi dan pusat informasi;
- Minat membaca secara konvensional kini sudah menurun karena Generasi "Y" lebih memilih membaca lewat smartphone/android mereka;
- Milenial pasti lebih memilih ponsel daripada televisi;
- Milenial menjadikan keluarga sebagai pusat pertimbangan dan pengambil keputusan mereka.
Perkembangan teknologi informasi yang dahsyat tersebut menciptakan adanya ledakan informasi yang beredar sangat cepat di masyarakat. Sebagai Pustakawan harus berperan menjadi filter untuk menyaring berbagai informasi yang berkembang sehingga dapat meminimalisir dampak negatif serta memaksimalkan dampak positifnya.
Bagaimana perilaku ideal dalam menghadapi keadaan tersebut?
Perilaku ideal yang dimaksud adalah sebagai berikut: (sumber: Bintz, 1993; Walberg and Tsai, 1985)
Perilaku ideal yang dimaksud adalah sebagai berikut: (sumber: Bintz, 1993; Walberg and Tsai, 1985)
- Believing that reading is important; (Percaya bahwa membaca itu penting)
- Enjoying reading; (Menikmati membaca)
- Having a high self-concept as a reader; (Memiliki konsep diri yang tinggi sebagai pembaca)
- Having a verbally stimulating home environment where verbal interaction takes place regularly. (Memiliki lingkungan rumah yang merangsang secara verbal di mana interaksi verbal berlangsung secara teratur).
Perpustakaan tidak boleh berhenti berinovasi dan berkreasi, terutama dalam mengembangkan layanan berbasis Android/Smartphone, kedepan bisa menjadi tempat untuk menemukan pengalaman yang lebih kaya bagi pemustakanya. Pustakawan selalu meningkatkan kompetensi dan mengedepankan inovatif dan kreatifitas dalam melayani pemustaka sehingga perpustakaan akan selalu hidup, memberikan pengalaman baru dan menghasilkan nilai tambah bagi orang-orang di sekitarnya.
B. Menulis di Era Digital oleh Moh. Mursyid, SIP.,MA.
Kehadiran media digital menjadi penanda awal adanya era baru yaitu era informasi dan telah mengarah ke masyarakat paperless dimana semua produk informasi pada media yang diproduksi dan dikonsumsi berbasis komputer. Menulis menjadi suatu ketrampilan yang paling penting di Era Digital karena terbukti orang lebih senang mengirimkan pesan teks daripada berbicara sehingga pesan dalam bentuk teks tersebut membludak lewat berbagai pesan di Whatsapp, Twitter, Facebook, Blog, Line, dan media online lainnya.
Menulis di zaman sekarang ini sangat mudah terlebih karena berkembangnya media digital. Setiap karya tulis bisa langsung di publish dan dibaca oleh banyak orang. Sebagai contoh:
- Dee Lestari, penulis Novel "Supernova" dicetak secara mandiri dan terjual 7 ribu eksemplar dalam waktu 14 hari
- Dewa Eka Prayoga, penulis Buku "Melawan Kemustahilan" yang terjual 20.000 eksemplar dengan model Pre Order (PO)
- dan lain-lain.
Banyak orang yang mengatakan bahwa menulis itu penting, tapi tidak banyak orang yang mau melakukannya. Ada beberapa alasan antara lain: sibuk, malas (menunggu mood), tidak memiliki motivasi kuat, minder (tidak percaya diri), tidak tahu caranya, masih beranggapan menulis itu susah.
Menulis itu proses bukan bakat bawaan dari lahir. Kita harus memiliki motivasi yang kuat karena menulis tanpa motivasi itu berat.
Adapun alasan kuat menulis buku yaitu:- Agama, risalah agama
- Keilmuan, motivasi untuk menambah dan menyebarkan ilmu
- Karir
- Sosial, alasan untuk berbagi ide dan gagasan
- Dokumentasi, motivasi untuk mengabadikan momen istimewa
- Popularitas, tujuan agar dikenal banyak orang dan memperluas persaudaraan
- Psikologis, dorongan untuk menyehatkan pikiran
- Ekonomis, motivasi untuk mendapatkan uang.
- Amati, membaca dan mengamati cara penyajiannya;
- Tiru, mereduksi informasi yang diperoleh dan merumuskan ulang;
- Modifikasi, menambahkan apa yang belum ada pada tulisan.
- Keakuratan Informasi, perkembangan dunia internet yang semaikn tak terkontrol membuat banyak orang sering menyalahgunakannya, bahkan ada yang dengan sengaja menyebarkan informasi yang tidak benar dan tak bertanggung jawab;
- Kecepatan informasi, era digital menuntut masyarakat bekerja lebih cepat. Satu topik dapat dengan cepat berganti karena banyaknya topik yang diulas. Menyajikan tulisan yang update juga merupakan tantangan bagi penulis.
- Penulis e-Book, menerbitkan buku tidak berupa lembaran kertas yang dijilid dan dijual di toko buku, penulis dapat mendesain buku sesuai keinginanya lalu menjualnya secara online di marketplace, google buku, dan lain-lain.
- Blogger, menulis seputar topik yang disukai di blog/web sebagai sumber penghasilan.
- Copy Writer, seseorang yang menulis untuk kepentingan mempromosikan produk atau jasa.
- Content Writer, seseorang yang membuat artikel yang diunggah/ipload di website perusahaan atau lembaga untuk membuat nama baik citra perusahaan melalui konte-kontennya yang berupa artikel.
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah" (Pramoedya Ananta Toer)
*) Serba serbi Kegiatan Sarasehan "Peningkatan Literasi di Era Digital"
![]() | ||||
| Registrasi Ulang Peserta Sarasehan |
![]() | |
| Suasana Sarasehan yang Representatif |
![]() | |
| Narasumber bersama Abdul Wahid Aziz, A.Md. (Ketua ATPUSI DIY) |
![]() | |
| 1. Penulis bersama Arsidi, SIP.,MIP. (Pustakawan Dinas Pendidikan Kota Yogya / narasumber) |
![]() |
| 2. Penulis bersama Arsidi, SIP.,MIP. (Pustakawan Dinas Pendidikan Kota Yogya / narasumber) |
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkaninformasi seputar perpustakaan disetiap postingan kami
- Jadilah pembaca pertama yang mengetahui informasi tersebut





