-->

Menakar Ulang Muruah Pustakawan: Retrospeksi dan Reposisi di Era Disrupsi (Sebuah Tinjauan Seminar Nasional Perpustakaan UGM Yogyakarta)

Menakar Ulang Muruah Pustakawan: Retrospeksi dan Reposisi di Era Disrupsi (Sebuah Tinjauan Seminar Nasional Perpustakaan UGM Yogyakarta)
  
"Retrospeksi dan Reposisi di Era Disrupsi"
Pustakawan sebagai tokoh sentris dalam pengelolaan perpustakaan, mempunyai peran vital dan strategis dalam keberhasilan pendidikan di Indonesia. Kemajuan teknologi dengan ledakan informasi yang luar biasa memberi dampak dan pengaruh yang signifikan dalam kehidupan bermasyarakat. Peran pustakawan mulai bergeser dari sekedar pengelola perpustakaan menjadi banyaknya tugas-tugas tambahan yang di luar tugas pokok dan fungsi sebagai pustakawan.
Menilik kondisi peran dan fungsi pustakawan saat ini, Forum Pustakawan Universitas Gajah Mada Yogyakarta mengadakan Seminar Nasional bertajuk "Menakar Ulang Muruah Pustakawan: Retrospeksi dan Reposisi di Era Disrupsi". Seminar Nasional bertempat di Ruang Seminar Perpustakaan Universitas Gajah Mada Yogyakarta berlangsung pada hari Kamis / 8 November 2018. Peserta terdiri dari civitas akademika UGM Yogya, anggota Forum Pustakawan UGM Yogya, Pustakawan/wati dari Jawa Tengah / DIY dan sekitarnya. Penulis merasa terpanggil sebagai satu-satunya perwakilan dari Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (ATPUSI) Kabupaten Kebumen yang mendapat undangan. 

*Suasana Seminar Nasional di Perpustakaan UGM Yogya*
            Seminar Nasional Pustakawan tersebut menghadirkan nara sumber sebagai berikut:
1.  Taufik Asmiyanto, M.Si. (Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Universitas Indonesia);
2.  Aditya Nugraha, S.T., M.S., merupakan seorang Kepala Perpustakaan lulusan S3 Information Studies Curtin University Australia;
3.  Muhidin M. Dahlan, pengelola Perpustakaan Indonesia Buku, Periset dan Penulis Buku.

*) RETROSPEKSI dan REPOSISI

          Retrospeksi mengandung makna kenangan kembali dan bila dikaitkan dengan pustakawan retrospeksi berarti mengembalikan kembali fungsi pustakawan yang hakiki, yaitu:
  1. tenaga administrasi;
  2. pengelola informasi;
  3. pendamping pendidik / teaching;
  4. peneliti / researching.
Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, perpustakaan mulai bergeser fungsi dan perannya:
  1.  Sebagai darah institusi yang "mengaliri" institusi serta memfasilitasi fungsi dari berbagai bagian dari institusi tersebut;
  2. Perpustakaan sebagai neutral space / sanctuary yang dikelola secara independen;
  3. Perpustakaan sebagai empowering space untuk mendorong peningkatan kapasitas pribadi;
  4. Perpustakaan sebagai penjaga memori kolektif komunitas. 
Profesionalitas pustakawan  berasal dari 2 disiplin ilmu pokok yaitu komunikasi dan bahasa/linguistik. Kepustakawanan merupakan disiplin ilmu yang fokus kajiannya, terutama pada pengelolaan pengetahuan manusia.
Pengklasifikasian makna informasi dengan cara mengembangkan pendekatan yang didasarkan pada tiga sudut pandang, yaitu:
1. Informasi sebagai realitas (information as reality), informasi ini sering disamakan dengan informasi ekologis, misalnya ketika langit mendung memberikan informasi kepada kita akan turun
hujan.
2. Informasi tentang realitas (information about reality), yaitu informasi semantik yang secara etis terkualifikasi dan menjadi bahan pembentukan pengetahuan. Informasi ini menjadi pembahasan utama dalam bidang ilmu informasi dan epistemologi secara umum.
3. Informasi untuk realitas (information for reality), dikenal juga sebagai informasi instruksional, seperti: informasi genetik,algoritma, dan bentuk informasi instruksi lainnya.
          Model relasi manusia dengan informasi dinamakan sebagai Model RPT (Resource, Product, and Target). Model ini berguna untuk menjelaskan mengapa setiap teknologi yang mengubah 'kehidupan informasi' pasti akan memiliki implikasi terhadap kehidupan manusia.
          Dalam konteks informasi sebagai produk, posisi pustakawan bukan sekedar sebagai penikmat informasi namun juga sekaligus berperan sebagai penghasil informasi. Perkembangan TIK dan internet yang meluas menimbulkan masalah baru yang bukan hanya soal pengelolaan informasi sebagai sumber tetapi juga dalam soal kreasi, konsumsi, berbagi, dan kontrol dari semua jenis informasi yang terdistribusi secara meluas, dengan populasi yang sangat besar dan cepat dan meningkatkan jumlah populasi masyarakat online, yang biasanya berkutat dengan berbagai macam alat digital (game, ponsel, email, web, dll).

*) DISRUPSI
          Disrupsi bermakna era saat "akar tercerabut" artinya peran orang/figur/sosok lebih menonjol daripada profesinya. Pustakawan yang terdiri dari pustaka+wan, pustaka = profesi dan wan = orang/sosok/figur. Di era Disrupsi tersebut orang lebih menonjol membicarakan "wan" tersebut ketimbang "pustaka" nya.
Berlawanan dengan Disrupsi adala Radikal, yaitu mengembalikan fungsi pada asalnya. 
 
*Salam Literasi, Literasi untuk Kesejahteraan*

 *) SIMPULAN
 
          Filsafat informasi merupakan fondasi  keilmuan perpustakaan dan informasi. Landasan tersebut memberi solusi praktis atas masalah teknis yang muncul sekaligus menyediakan "ruang baru" bagi ilmuwan untuk mengembangkan secara teoritis keilmuwan perpustakaan dan informasi. Oleh karena itu profesi pustakawan mempunyai ruang gerak yang lebih bebas sehingga citranya bergeser tidak hanya dilekatkan pada tanggung jawab mengelola buku saja.
Dengan demikian ramalan bahwa profesi pustakawan ini akan hilang seiring akibat evolusi Teknologi Informasi dan Komunikasi serta revolusi digital tidak terbukti karena profesi pustakawan bertransformasi menjadi profesi yang tidak lagi hanya mengurusi buku perpustakaan, akan tetapi menjadi pengelola informasi sebagai implikasi adanya ledakan informasi.
 
 

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkaninformasi seputar perpustakaan disetiap postingan kami
  • Jadilah pembaca pertama yang mengetahui informasi tersebut

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel